Pada suatu masa, hiduplah seorang gadis kecil yang cantik. Si Rambut Emas namanya. Dia diberi nama begitu karena rambut pirangnya yang indah berombak tampak berkilau seperti emas jika ditimpa sinar matahari.
Rambut Emas sangat suka pada bunga – bunga liar dan sering pergi ke hutan untuk memetik mereka. Pada suatu hari Rambut Emas memutuskan untuk pergi ke hutan lagi. Di dalam hutan, saat sedang asyik memetik bunga, tiba-tiba ia melihat seekor kupu – kupu yang cantik sekali. Rambut Emas lalu berlari mengejar kupu – kupu itu. Saat ia sadar bahwa ia sudah terlalu jauh masuk ke dalam hutan, Rambut Emas sudah tersesat dan tidak bisa menemukan jalan pulang. Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan lurus, dengan harapan ia akan menemukan jalan pulang.
Tak lama kemudian, ia melihat sebuah rumah kecil yang bagus berdiri di tengah – tengah hutan. Rambut Emas memutuskan untuk mengetuk pintu rumah itu dan menanyakan jalan pada si pemilik rumah.
Rambut Emas tidak tahu, bahwa sebenarnya di dalam rumah itu tinggalah 3 ekor beruang : Ayah Beruang, Ibu Beruang dan Beruang Kecil. Rambut Emas mencoba mengetuk pintu. TOK TOK TOKK…., tapi tidak ada jawaban. Dia mencoba lagi TOK TOK TOKKK, tetap tidak ada jawaban. Akhirnya dia memutuskan untuk mencoba membuka pintu itu. Ternyata tidak terkunci, maka masuklah Rambut Emas ke dalam rumah kecil itu. Rambut Emas sudah begitu letih dan lapar saat itu.
Di dalam rumah kecil yang rapi itu, Rambut Emas melihat bahwa di tengah-tengah ruangan ada sebuah meja kecil bertaplak putih yang sudah tertata rapi. Di atas meja ada 3 buah mangkuk : sebuah mangkuk besar berwarna biru, sebuah mangkuk sedang berwarna merah dan sebuah mangkuk kecil berwarna kuning. Ketiga mangkuk ini adalah milik tiga beruang tadi: Ayah Beruang, Ibu Beruang dan Beruang Kecil. Dari mangkuk – mangkuk itu masih mengepul uap hangat yang menebarkan bau yang sangat lezat.
Rambut Emas yang begitu tergiur karena mencium aroma lezat tadi akhirnya mendekat dan mendapati bahwa mangkuk – mangkuk tersebut terisi penuh dengan bubur. Rupanya ketiga beruang tadi sedang pergi berjalan – jalan sambil menunggu bubur mereka dingin.
Terdorong rasa lapar, si Rambut Emas mengambil sendok yang terletak di sebelah mangkuk yang paling besar. Disendoknyalah bubur di dalam mangkuk biru itu dan dicicipinya. Terlalu panas… Lalu dia beralih ke mangkuk sedang yang berwarna merah, disendoknya sedikit bubur dari mangkuk itu dan dicicipinya. Terlalu dingin…. Masih ada satu mangkuk lagi, pikir Rambut Emas, mangkuk yang paling kecil. Disendoknya bubur di dalam mangkuk kuning itu. Hmmmm…. enak sekali. Pas, tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Rambut Emaspun makan dan makan terus, sampai tak ada sedikitpun bubur yang tersisa dalam mangkuk milik si Beruang Kecil.
Setelah kenyang, Rambut Emas memutuskan untuk melihat – lihat isi rumah itu. Dia masuk ke ruang duduk dan melihat sebuah perapian yang tengah menyala. Di depan perapian itu ada 3 buah kursi : satu kursi besar, satu kursi sedang dan sebuah kursi kecil. Rambut Emas mencoba untuk duduk di kursi yang paling besar, kursi milik Ayah Beruang. Dengan susah payah ia mencoba memanjat naik ke kursi itu, tapi sayang, kursi itu terlalu tinggi untuknya. Rambut Emaspun beralih ke kursi yang kedua, kursi sedang milik Ibu Beruang. Kursi itu mempunyai sandaran empuk berlapis beludru yang cantik sekali. Rambut Emaspun mencoba duduk di atas kursi itu. Aaaahhh… kursi ini terlalu lebar, pikir si Rambut Emas, tidak nyaman untuk diduduki. Lalu iapun bangkit dari atas kursi itu. Ia beralih ke kursi terakhir, kursi yang paling kecil. Kursi milik Anak Beruang ini bagus sekali, terbuat dari kayu, catnya berwarna merah cerah dan di sandarannya diukir bunga – bungaan. Rambut Emaspun mencoba duduk di atasnya, ternyata kursi kecil ini pas benar baginya. Selang beberapa saat setelah Rambut Emas duduk di atas kursi itu, terdengarlah suara barang patah dan Rambut Emaspun terjerembap ke lantai. Rupanya kursi itu tak kuat menahan berat tubuhnya.
Rambut Emas kaget, tapi ia segera bangkit kembali. Tubuhnya terasa lelah sekali. Akhirnya ia memutuskan untuk menaiki tangga yang dilihatnya di ujung ruangan. Disana ia menemukan sebuah kamar tidur mungil yang sangat nyaman. Ada tiga tempat tidur di dalam ruangan itu : satu tempat tidur besar , satu tempat tidur sedang dan satu tempat tidur kecil. Ketiga tempat tidur itu tampak bersih dan begitu mengundang bagi gadis kecil yang kelelahan ini. Rambut Emas mencoba berbaring di atas tempat tidur paling besar milih Ayah Beruang. Aahh… terlalu keras, seperti berbaring di atas batu saja, pikirnya. Lalu ia mencoba tempat tidur berukuran sedang milik Ibu Beruang. Terlalu empuk… seperti tidur di atas gula kapas saja, pikirnya.
Ah, masih ada tempat tidur terakhir, tempat tidur paling kecil milik si Beruang Kecil. Tempat tidur kecil ini berwarna putih dengan hiasan bunga-bunga merah jambu di kepala ranjangnya. Rambut Emas mencoba tidur di atasnya. Aaahhh… nyaman sekali, ia pun memejamkan mata dan segera tertidur.
Sementara Rambut Emas tidur, rupanya ketiga beruang itu kembali ke rumah mereka. Karena lapar, merekapun langsung menuju dapur untuk menyantap bubur mereka. Ayah Beruang telah duduk dan memegang sendoknya, waktu tiba-tiba ia menggeram dengan suaranya yang besar “ Ada yang telah mencicipi buburku !! “. Waktu Ibu Beruang melihat buburnya, iapun berkata dengan suaranya yang sedang – sedang saja “ Dan ada yang telah mencicipi buburku juga !! “. Si Beruang kecil melihat mangkuknya dan mulai menangis. “ Seseorang telah mencicipi buburku dan menghabiskannya !! “.
Ketiga beruang itu lalu menyadari bahwa ada sesuatu yang tidak beres, merekapun lalu beranjak ke ruang duduk untuk membicarakan masalah itu. Di ruang duduk, Ayah Beruang menyadari bahwa kursinya telah berubah posisi. “ Ada yang menduduki kursiku tadi! ” geramnya dengan suaranya yang besar. “ Dan ada yang duduk di kursiku tadi !” kata Ibu Beruang dengan suaranya yang sedang. Beruang Kecil mulai menangis, “ Ada yang duduk di kursiku tadi dan ia telah merusakkan kursiku! ” isak Beruang Kecil dengan suara kecilnya.
Karena Beruang Kecil tidak lagi mempunyai kursi untuk duduk, ketiga beruang memutuskan untuk naik ke atas dan beristirahat. Sesampainya di atas, Ayah Beruang mendekati tempat tidur yang paling besar dan menggeram dengan suara besarnya “ Ada yang tidur di tempat tidurku tadi ! “. “ Dan ada yang tidur di tempat tidurku tadi “ sambung Ibu Beruang dengan suaranya yang sedang, sambil merapikan sprei ranjang berukuran sedangnya yang berkerut. Beruang Kecil tak habis – habisnya menatap tempat tidur kecilnya sendiri sejak tadi. Akhirnya ia berhasil mengumpulkan suaranya dan menjerit kecil “ Ada yang tidur di tempat tidurku tadi dan sekarang dia masih disini !”.
Jeritan Beruang Kecil tadi membangunkan si Rambut Emas. Perlahan ia membuka mata dan segera terkejut melihat tiga ekor beruang sedang memandanginya. Rambut Emas segera meloncat berdiri dan berlari secepat ia bisa meninggalkan rumah ketiga beruang itu.
Sejak saat itu Rambut Emas tidak pernah lagi berjalan – jalan ke dekat rumah kecil itu.